Senin, 29 Oktober 2012

Children Learn What They Live


Sering sekali kita mendengar keluhan bahwa dunia sudah semakin hancur, manusia tidak lagi peduli dengan moral dan mengabaikan apa yang baik. Banyak anak-anak bangsa yang kehilangan masa depannya karena narkoba,  free sex , tawuran dan seterusnya..

dan kemudian kita bertanya : salah siapa ini...?

Ada pepatah yang mengatakan " Like Father Like Son" atau dalam istilah bahasa kita " Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" 

Pepatah itu mengingatkan kita akan pentingnya peran keluarga dalam mendidik dan membentuk karakter seorang anak. Bagaimana anak bersikap, seringkali mencerminkan bagaimana kita memperlakukan mereka di rumah.



Mengutip apa yang diungkapkan Dorothy Law Nollte:

Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka  ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri
Jika anak dobesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri
JIka anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlaukuan, maka ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarka dengan kasih sayang dan persahabatan, Ia belajar menemukan cinta...

Membangun karakter anak bisa dimulai dari rumah.  
Children learn what they live
anak-anak belajar dari apa yang dialaminya sehari-hari. Orangtua, keluarga mempunyai peranan yang penting dalam membentuk karakter seorang anak. Apa yang mereka lihat dan terima menjadi nilai kebenaran di mata mereka. Dengan itulah, seharusnya keluarga menjadi tempat menanamkan nilai-nilai kebenaran untuk menjadi bekal mereka menjalani kehidupan kelak. 

Dengan mengajarkan nilai-nilai kebenaran sejak dini, kita telah membantu mereka untuk memilih mana yang benar

Orang tua menjadi role model bagi seorang anak " Children see Children do"
Perlakuan kita terhadap mereka adalah cara mereka belajar bagaimana memperlakukan orang lain.

Mulai saat ini..
Tanamkan dalam hati kita

" Aku adalah buku untuk anak-anakku, karena itu Aku akan menuliskan catatan-catatan indah penuh cinta untuk kehidupannya "

Minggu, 28 Oktober 2012

Dan kamu.. aku cukupkan


Atas adamu,
aku tidak akan menuntun lebih untuk itu…
Aku tidak akan menuntut apapun untuk kisah yang tidak pernah kita beri nama…
Dan aku…
Aku merasa cukup dengan itu..
Aku merasa cukup dengan titik yang kau beri dan kau bentuk menjadi garis
Aku merasa cukup dengan sedikit itu, karena itu berarti…
Aku merasa cukup dengan pagi dan senja yang kau beri meski tak selalu
Aku merasa cukup dengan apapun tentang kamu…
Tentang aku….
Tentang sebuah kebersamaan yang selalu kita namai sebagai “sebuah keindahan”
Dan aku merasa cukup dengan kamu…
Sebagai sahabat…

Ada


Terimakasih (karena kamu ada)

Tuhan…
Hari ini kau hadiahkan dia untukku,

Sesaat memang, 
tapi semua nyata dalam indah yang kupenuhi rasa syukur..

Tidak Lebih dari Sekedar


Aku masih belum mengerti…
Memilih untuk diam dalam beku sebuah rasa tanpa mampu mengeja,

Aku belajar mengejamu untuk bisa membaca…
Tertatih menata aksara untuk bisa meraba setiap gores yang kau cipta..



Tapi aku tetap belum bisa…
Dan mungkin tidak akan bisa…
Aku bukan indah yang kamu mau…
Aku bukan titian garis yang menjadi tujuan dari setiap langkah yang kamu tuju..

Harusnya aku tahu…
Untukmu,,, aku tak lebih dari sebuah dermaga yang kau singgahi ketika kau papa…
Tak ubahnya air, yang kau coba rasai dinginnya ketika panas itu nyata ada…
Dan Aku (tidak lebih dari sekedar) untukmu..

Aku Cukupkan



Maaf..  karena aku tidak pernah membaca isyarat itu,  
Meski dalam nyata aku benar membacanya…

Maaf.. untuk setiap langkah yang aku anggap tidak lebih dari sekedar, 
dan aku nyata mengabaikanmu dalam sebuah pengecualian..




Maaf.. untuk semua hujanmu yang selalu aku anggap sebagai gerimis tanpa tujuan…

Maaf untuk semua titik yang kau hadiahkan.. dan aku tidak pernah menjadikannya sebagai garis pengakhiran..

Maaf… karena aku menjadi sebab sakit itu…
Aku memilih diam..
Dan kamu..
Aku cukupkan..

Jika..


Jika menyentuh sesuatu yang menenangkanku dihalalkan oleh-Nya...


aku akan merengkuh indah itu saat ia nyata di sampingku...
 




jika bersandar di bahunya bukan sesuatu yang akan membuatku hina..
sungguh...
aku ingin bahu itu menjadi penyangga saat aku nyata limbung dan dia menegarkanku...
 

Sabtu, 27 Oktober 2012

Ketika kami (wanita) Menangis


Ketika wanita menangis, bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya , melainkan dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya..

Ketika wanita menangis, bukan berarti dia tidak berusaha menahannya, melainkan karena pertahanannya sudah tidak mampu lagi membendung air matanya…


Ketika wanita menangis, bukan karena dia ingin terlihat lemah, melainkan karena dia sudah tidak sanggup lagi untuk berpura-pura kuat..


 Mengapa Wanita Menangis…??

Karena wanita juga seorang manusia yang memiliki perasaan…
Kami tidak pernah menuntut banyak, kecuali pengertian.
Kadang kami terlihat manja, banyak maunya, atau mungkin di mata kalian kami hanyalah makhluk yang menyusahkan..

Tapi ketahuilah, kami masih tetap berdiri tegar meski kalian telah menghantam kami dengan banyak rasa sakit yang mendera..
Kami masih tetap seperti orang yang sama ketika kalian berusaha pergi dan menghindar lantas datang kembali membawa asa.

Meski kami terlihat tidak peduli, meski kami terlihat mengacuhkan, tapi percayalah.. jauh di lubuk hati kami, kami  mempunya sejuta doa untuk kalian.

Kami memang selalu tampak berlebihan dalam mengeksplorasi perasaan kami, itulah.. mengapa anak selalu terlahir dari rahim kaum wanita.. Karena Tuhan menciptakan ruang luas di bawah hati kami untuk tempat bernaungnya buah-buah cinta kita..

Karena ya,  lagi-lagi kami ini wanita.. dimana Tuhan menakdirkan kami sebagai makhluk yang selalu terlihat  lemah diluar, akan tetapi kami memiliki kekuatan yang lebih  di dalam hati kami..
      
“Hargailah keberadaan kami, Sekecil apapun arti kami dalam kehidupan kalian “